Jumat, 23 Maret 2012

Kisah dalam Setetes Air Mata 

 Kini semester 2 telah melangkah di saat waktu mulai menunjukkan angka detiknya. 
Tak di sangka beberapa bulan lagi kami akan meraih tingkat penentu dimana akan dilalui oleh sebuah acara perpisahan yang diikuti oleh serangkaian wisuda. Tetapi hal baiknya akan di adakan study tour yang masih ditentukan waktu dan tempatnya. Namun disisi lain beberapa dari kami merasa kurang menyenangkan karena akan di susul dengan ujian akhir semester 2. Sebagai siswa-siswi kami hanya mengikuti kegiatan sekolah sebagai salah satu pembelajaran efektif dengan mengunjungi tempat wisata. saatnya telah tiba.Aku dan Risma mengeluarkan beribu kata walaupun di setiap kalimat menunjukkan tanda ada sebuah masalah. Mereka di bagian sana dan sini sudah mulai berembuk menentukan anggota kelompok masing-masing.Aku dan Risma duduk terdiam dengan menatap mereka seolah jauh tersingkir dari bagian mereka. Tanpa kusadari masih ada Risma di sampingku.Kutatap wajahnya,ia menampakkan raut kemurungan,Sama sepertiku,merasa tak dipedulikan oleh kawan lain.Ketika pembimbing menyatakan dalam kelompok terdiri dari dari 6 atau 5 orang,kini aku mulai putus asa.Mungkin hanya aku dan Risma yang akan menjadi sebuah anggota kecil. Suatu saat yang menakjubkan .Rika melambaikan tangannya seolah memanggilku.Akupun melangkah karena terespon oleh sebuah gerakan tangan. “ Zha,kamu mau enggak ikut kelompok aku ?” “ Gimana ya Ka…?” " Ayolah Zhary,kelompok kita biar cukup 5 orang!” “ Ya sudah,aku ikut,,,,” “ Si Risma biarin aja sendiri,biar dia tuh tahu apa kesalahannya.” “ Ia Zha…Lagian kalau kamu sama Risma,dia pasti nyuruh kamu ini dan itu .Terus, kamu belum dapat kelompok juga kan ?” Nila membela perkataan Rika seolah ingin meyakinkanku, aku pun mendengarkannya.Aku senamg mendapatkan sebuah kelompok,tetapi aku juga merasa kasihan di lain keadaan saat Risma menatapku dengan wajah layu dan alis mengkerut. NIla mulai merengkutkan tangannya di sebuah pulpen kemudian menulis pada selembar kertas.Beberapa nama terutama namaku telah terukir pada selembar kertas itu,yang menandakan aku resmi menjadi anggota kelompok 5.Setelah seluruhnya sudah kami diskusikan,aku dan yang lainnya duduk di bangku masing-masing. “ Zha,kamu ikut kelompok mereka ya ?” “ iya,katanya kurang satu orang jadi aku ikut.” “ Terus,aku gimana? Aku sendiri dong ?” “ Tapi aku nggak bisa Ris,soalnya aku sudah ikut sama kelompok mereka!” “ Batalin aja,kan bisa!” “ Gak bisa Risma ?” Tiba-tiba setetes air mata jatuh dari bawah bola matanya.Aku mulai gemetar merasa aku telah menyakiti seseorang.Bagiku setetes air mata itu sebuah kepedihan dan kesedihan yang menjadi satu karena tidak kuat menampungnya di dalam jiwa dan hati,sehingga ia mengeluarkannya melalui air mata. “ Ayolah Zhary…….aku mohon!” “ Tapi aku gak bisa Risma…” “ please….Kelompoknya sama aku aja! ya!” “ Aku minta ma’af Risma,aku gak bisa.Soalnya nama aku sudah di tulis! Aku gak bisa,ma’afin aku ya Ris aku benar-benar minta ma’af !” Kini aku benar-benar menyadarinya,Risma benar-benar menangis.Ia mengeluarkan lebih dari setetes air mata.Aku merasa bersalah,kasihan, dan bimbang atas apa yang telah kulakukan.Aku hanya terdiam dan mencoba menenangkan Risma. Pukul 01.00,Bus jurusan Yogjakarta sudah bersiap-siap.Kami pun mulai masuk dan mencari tempat duduk masing-masing. Seperti halnya aku duduk bersama Risma,karena Risma-lah satu-satunya orang yang selalu duduk bersamaku.Tujuan kami sudah terjadwal yaitu Borobudur.Sebuah tempat yang menakjubkan,beribu-ribu manusia dari berbagai daerah bahkan Negara ku temui di sana aku juga bertemu beberapa anggota kelompokku,kukira karena pembuatan makalah itu memerlukan foto maka aku ikut dengan mereka.Tetapi mereka berlaku seolah tidak pernah melihatku,bahkan mereka berfoto-foto tanpa diriku.Akhirnya hanya aku dan Risma yang melakukan foto bersama.Dimanapun kami berada,aku dan Risma selalu bersama . Bulan ke-2 telah berlalu,kina bulan baru telah menunjukkan sabitnya.Sebentar lagi akan di adakan ulangan akhir semester.Sejak diadakannya study tour,kelompok lain mulai berbondong-bondong menyusun laporan untuk membuat makalah. Mereka mulai mendiskusikan bersama,menentukan waktu penyusunannya dan pembagian tugas masing-masing anggota.Salah satu kelompok laki-laki yang telah selesai menyusun laporan adalah kelompok Kabil.Merekalah kelompok yang paling cepat dalam pembuatan makalah. Aku dan anggota lainnya mulai mempersiapkan waktu luang Setelah pembelajaran selesai,kami pun mulai berbagi tugas.Aku mendapatkan tugas mengetik,tetapi ada hal-hal aneh yang sepertinya mereka sembunyikan dariku.Saat aku mengetik Rika memberiku sebuah makala dan menyuruhku untuk mengetik kalimatnya dengan sedikit perubahan.ia juga menyuruhku untuk menaruhnya di bawah meja dan jangan sampai ketahuan orang lain. Rika berkata itu adalah makalah kakak kelas kita dulu.Aku mempercayainya dan aku terus menjalankan tugasku.Kemudian saat batrey leptop Latif hampir habis,Latif menyuruhku untuk pindah di bangku paling depan yang persinya berada di depan meja guru. Ia menyuruhku pindah karena di dekat meja guru ada stop kontak untuk mengisi batrey laptopnya.Akupun mulai mengetik kembali.aku berada sejajar dari bangku kelompok lain walaupun hanya bergeser pada satu bangku saja. Salah satunya Iva,ia seperti curiga melihatku mengetik dengan membawa sebuah proposal di bawah meja.Melihat hal itu Rika mengetahuinya iapun datang untuk mencuri perhatian agar Iva segera berbalik arah dari tempatku mengetik dan duduk di sebelahku untuk menutupinya. Perasaanku tidak enak,seperti ada sesuatu yang ganjal.Aku mulai memikirkan tentang proposal itu lagi.Lalu aku ingat akan sesuatu saat melihat sampul proposal itu.Sepertinya aku mengenalnya.Lalu saat kulihat kembali,ternyata benar dugaanku tak salah lagi. Mengapa mereka setega ini padaku,padahal aku adalah bagian dari kelompok mereka. Mereka mencoba menutupi segalanya dariku. Aku menyesal tahu seperti ini caranya aku akan berkelompok dengan Risma,walaupun sebuah kelompok kecil tetapi kalau dilalui dengan kejujuran pasti bermanfaat. Akhirnya aku tahu bahwa proposal itu milik kelompok Kabil.Aku merasa sangat bersalah,ternyata makalah yang aku buat itu adalah bagian dari jerih payah Kabil dan kelompoknya.Aku merasa bimbang akan hal ini dan akupun bingung kepada siapa aku harus mengatakannya,aku sudah melakukan ikatan janji dengan kelompokku sendiri untuk tidak membocorkan rahasia itu.Aku hanya bisa meratapinya sambil menangis di kamarku sendiri.Ini bukanlah diriku yang sebenarnya aku tidak ingin menjadi orang yang pembohong dan curang dengan menghalalkan segala cara.Aku hanya bisa berdo’a dan mencari solusinya agar aku tidak tertipu lagi. Tekad ku sudah bulat,aku akan keluar dari kelompok Rika. Inilah salah satu cara untuk menjauhi rencana mereka lagi. Disaat jam kosong aku tanpa segan-segan langsung menghampiri Rika. “ Rik,aku mau keluar dari kelompok kamu? “ Kenapa mau keluar ?” “ Soalnya aku gak mau buat tugasnya dengan cara curang” “Ya udah nanti aku sama Nila ganti dengan yang baru!” “ Tapi aku mau tetap keluar,soalnya Risma gak ada kelompoknya!” “ Coba kamu bilang sama Nila …” Rika menyuruhku untuk mendapatkan persetujuan dari Nila.Akupun menghampiri Nila yang sedang duduk di bangku. “ Nil,aku mau keluar dari kelompok kamu.” “ Kenapa….!” Nila bertanya sama dengan saat Rika bertanya,akupun menjawabnya dengan jawaban yang sama juga.Namun Nila memutar balikannya kepada Rika,ia menyuruhku untuk mendapatkan persetujuan dari Rika lagi.Akhirnya aku kembali kebangkuku sendiri dan duduk terdiam menuggu jawaban mereka. Tiba-tiba aku melihat Nila menghampiri bangku Rika,mereka sepertinya mendiskusikan tentang pernyataanku tadi,pikirku dalam hati. Beberapa saat kemudian Rani memanggilku,sepertinnya ia dan Vira ingin mengatakan sesuatu. “ Zha,ada apa dengan kelompok kamu ?” “ Begini,aku ingin keluar dari kelompokku.Soalnya kasihan Risma kalau ngerjain sendiri.Sebenarnya ada hal lain juga,tapi aku gak berani mengatakannya. “ Bilang aja…. kami gak akan kasih tahu siapa-siapa ko’!” “Ma’af ya tapi aku gak bisa…..? Kemudian Rika menghampiriku dengan wajah sinis,Tiba-tiba ia membanting meja yang ada di belakang Rani dan Vira.Hal itu benar-benar membuatku kaget. “ Bilang aja apa yang mau kamu bilang! TERUSIN…. !” “ Aku gak bilang apa-apa Rika,kamu jangan salah sangka Rika tidak mau lagi mendengarkan perkataanku,ia terus berjalan tanpa peduli apapun.
dengan wajah suram dan penuh amarah ,ia benar-benar membuatku gemetar.
Aku kembali ke bangkuku dan menundukkan kepala bersandar lengan pada tanganku seakan mengingat-ingat kembali kejadian itu
.Tak kusangka,aku tak kuat lagi membendungnya.Aku menangis mengucurkan air mata yang membasahi rok seragamku dan membentuk butiran bundaran kecil
.Aku menangis seakan tidak ada yang mengetahuinya.
Tapi Risma tau akan hal itu,dan ia mencoba untuk menenangkanku. 
KEesokan harinya,aku menjulurkan tanganku di hadapan Rika bersama kelompoknya sambil mengatakan kata “Ma’af” pada mereka. Rika juga meminta ma’af kepadaku atas kejadian kemarin karena dia tahu kalau aku tidak mengatakannya.
Walaupun aku tidak tahu dari mana ia tahu.Yang penting kita sudah saling mema’afkan dan tidak bermusuhan lagi.Kini aku mengerti apa arti air mata itu yaitu sebagai makna kesedihan,luapan emosi,dan ketulusan hati Nama : Annisa Azhary Kelas : X3 No : 05 MAN2 MADIUN